Gas elpiji (LPG) sudah jadi kebutuhan pokok rumah tangga Indonesia, termasuk para pengusaha UMKM. Tidak seperti di negara lain yang menggunakan pipa gas yang disalurkan langsung ke rumah-rumah, Indonesia menggunakan sistem last mile delivery dalam bentuk tabung gas. Di satu sisi ini yang paling sesuai dengan sikon kita saat ini, namun di sisi lain melahirkan masalah baru: delivery. Habisnya gas di tabung bisa terjadi kapan saja, dan tidak mudah mencari penjual gas terdekat yang siap mengantar seketika dengan harga pas.
Sejauh ini sebagian pengguna gas menyimpan nomor telpon penjual dan pengantar gas langganannya. Jika dibutuhkan tinggal call. Namun banyak kelemahan kondisi ini. Penjual belum tentu punya stock saat dibutuhkan, penjual belum tentu bisa mengantar saat gas kita habis, penjual juga belum tentu selalu bisa memberi harga terbaik. Perlu kompetisi dengan lebih banyak pilihan penjual gas yang terdekat dengan info jelas tentang harga, delivery time, biaya antar, dll.
Deskripsi Ide
Solusinya adalah marketplace digital yang mempertemukan para penjual dengan pembeli gas. Dengan teknologi GPS dan Internet, jalan keluarnya bisa sangat memudahkan. Think about GoFood-nya gas elpiji. Namun di platform SiagaGas, birokrasinya lebih sederhana.
Penjual gas tinggal register dan isi info selengkap-lengkapnya (harga, delivery time, biaya antar, dll) tentang layanan mereka masing-masing termasuk titik koordinat lokasi bisnisnya. Pembeli gas tinggal mencari di aplikasi mobile SiagaGas untuk mencari penjual yang ada di sekitar lokasinya, membandingkan yang paling cocok dengan kebutuhannya. Pemesanan dilakukan melalui aplikasi, bayar dengan e-money, penjual akan dapat notifikasi, antar gas, selesai. Pemesanan harus dilakukan pada jam sesuai availability penjual, jika tidak maka sistem akan menolak. Konsekuensinya, penjual harus selalu siaga di jam kerja mereka yang tertulis di sistem. Pembeli bisa memberi rating, ulasan, dan report atas pelanggaran. Akan terjadi persaingan sehat jika sistem berjalan lancar.
Manfaat & Peluang
Sistem ini bisa sangat bermanfaat untuk memuluskan last mile problem di sistem distribusi tabung gas nasional. Kemungkinan ke depan bisa meluas ke komoditas lain seperti air galon, sembako, dll. Namun ada banyak pesaing tidak langsung, jadi tetap harus waspada dan perkuat spesialisasi kita.
Sejauh ini sebagian pengguna gas menyimpan nomor telpon penjual dan pengantar gas langganannya. Jika dibutuhkan tinggal call. Namun banyak kelemahan kondisi ini. Penjual belum tentu punya stock saat dibutuhkan, penjual belum tentu bisa mengantar saat gas kita habis, penjual juga belum tentu selalu bisa memberi harga terbaik. Perlu kompetisi dengan lebih banyak pilihan penjual gas yang terdekat dengan info jelas tentang harga, delivery time, biaya antar, dll.
Deskripsi Ide
Solusinya adalah marketplace digital yang mempertemukan para penjual dengan pembeli gas. Dengan teknologi GPS dan Internet, jalan keluarnya bisa sangat memudahkan. Think about GoFood-nya gas elpiji. Namun di platform SiagaGas, birokrasinya lebih sederhana.
Penjual gas tinggal register dan isi info selengkap-lengkapnya (harga, delivery time, biaya antar, dll) tentang layanan mereka masing-masing termasuk titik koordinat lokasi bisnisnya. Pembeli gas tinggal mencari di aplikasi mobile SiagaGas untuk mencari penjual yang ada di sekitar lokasinya, membandingkan yang paling cocok dengan kebutuhannya. Pemesanan dilakukan melalui aplikasi, bayar dengan e-money, penjual akan dapat notifikasi, antar gas, selesai. Pemesanan harus dilakukan pada jam sesuai availability penjual, jika tidak maka sistem akan menolak. Konsekuensinya, penjual harus selalu siaga di jam kerja mereka yang tertulis di sistem. Pembeli bisa memberi rating, ulasan, dan report atas pelanggaran. Akan terjadi persaingan sehat jika sistem berjalan lancar.
Manfaat & Peluang
Sistem ini bisa sangat bermanfaat untuk memuluskan last mile problem di sistem distribusi tabung gas nasional. Kemungkinan ke depan bisa meluas ke komoditas lain seperti air galon, sembako, dll. Namun ada banyak pesaing tidak langsung, jadi tetap harus waspada dan perkuat spesialisasi kita.
0 Komentar